Sebelum aku menulis cerita perjalananku yang selanjutnya, disini aku ingin mengucapkan syukur kepada Allah SWT karna tulisan ini sudah masuk ke part yang terakhir dari perjalanan Tangkahan dan Bukit Lawang serta tidak lupa aku mengucapkan terimakasih banyak buat tim panitia acara dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara karna sudah memberikan saya kesempatan ini. Aku merasa bahagia sekali karna bisa menikmati menjelajah keindahan alam di Sumatera Utara bersama teman-teman semua. Untuk itu aku berharap pariwisata Sumatera Utara bisa bangkit kembali disaat pandemi ini, dan dengan itu juga akupun sangat antusias untuk menulis tentang pengalamanku menikmati serunya perjalanan wisata yang ada di Sumatera Utara ini. Kalau begitu, kita langsung saja karna disini aku akan melanjutkan tulisanku dari yang sebelumnya yang berjudul Pesona Wisata di Tangkahan – Hari Kedua. Buat teman-teman yang belum baca sebaiknya baca dulu disini sebelum membaca tulisanku yang kali ini.
Masih pada hari kedua yaitu dari Tangkahan ke Bukit Lawang. Setelah para laki-laki yang beragama Muslim melakukan ibadah solat Jumat, kami semua mulai mengemas barang masing-masing dan bersiap berangkat menuju destinasi selanjutnya yaitu Bukit Lawang. Kami meninggalkan Tangkahan sekitar jam 2 siang. Dalam perjalanan, sebagian dari kami ada yang tertidur pulas didalam mobil dan sebagiannya lagi termasuk aku sedang menikmati pemandangan luar dari dalam mobil. Entah kenapa aku merasa pada saat itu langit sangat cerah, langitnya benar-benar biru sekali, sebiru samudera dan awan-awan putih yang cukup tebal. Jujur, ini adalah pertama kalinya aku ke Bukit Lawang. Jadi rasa penasaran, senang, semangat, bercampur aduk menjadi satu. Aku benar-benar tidak sabar untuk sampai disana dengan cepat. Tapi, aku tidak tau kalau ternyata perjalanan dari Tangkahan menuju Bukit Lawang memakan waktu yang lumayan lama. Kami berangkat pada saat itu jam 2 siang dari Tangkahan dan sampai di Bukit Lawang sekitar lebih kurang jam 8 malam.
Yap, walaupun terbilang lama tetapi kami tetap bisa menikmati perjalanannya. Apalagi Bang Vic yang memiliki humor yang tinggi membuat suasana didalam mobil pecah, kami semua berhasil dibuat ketawa olehnya. Singkat cerita, sampailah kami para rombongan, tim panitia acara dan tim Disbudparsumut di Bukit Lawang. Didalam rundown acara sudah tertulis bahwa kami akan menginap di Ecolodge Bukit Lawang Cottages, jadi kami semua berkumpul disana. Saat tiba dilokasi, Bang Shan memberikan kunci kamar kepada kami. Lagi-lagi, aku dan Me sekamar berdua sedangkan Bang Vic sendirian dikamar yang berbeda. Pada malam itu, sebelum kami meletakkan barang-barang kami ke kamar, aku, Me, dan Bang Vic memilih untuk makan malam terlebih dahulu karna cuaca pada saat itu sangatlah dingin dan perjalanan yang cukup panjang membuat perut terasa lapar.

Makan malam sudah disediakan di restoran dan kami tinggal mengambil makanan kami masing-masing sesuai dengan porsi yang kami inginkan (puas dah pokoknya). Setelah kami menikmati makan malamnya, kami memutuskan untuk pergi menuju kamar masing-masing untuk meletakkan barang kami. Sesampainya dikamar, aku dan Me merasa excited melihat isi dalam kamar kami. Kami melihat-lihat isi dalam ruangan dan ternyata setiap kamar memiliki balkon. Aku pun akhirnya merasa lega setelah membawa barang-barangku kekamar. Pada saat itu, kami tidak langsung beristirahat. Me dan Bang Vic berencana melakukan room tour untuk konten YouTube mereka, sedangkan aku berkelana menyusuri hotel, mengambil foto beberapa spot untuk keperluan blogku.
Lorong Hotel Ecolodge di Lantai 2 Tempat Kami Menginap Kamar Hotel Ecolodge, Tampak dari Luar Spot Favorit di Depan Bar Ecolodge, Terdapat Beberapa Buku yang Tersusun di Rak Restoran Ecolodge Eco Kitchen
Setelah mengambil foto beberapa spot, tiba-tiba saja mataku tertuju pada sebuah mesin kopi yang ada di bar. Aku pun jadi rindu membuat kopi dirumah, oleh karena itu aku memutuskan untuk duduk sebentar di meja bar dan mengobrol sebentar dengan baristanya. Baristanya cukup ramah, dan saking ramahnya aku tidak tau kalau beliau adalah seorang manajer hotel Ecolodge, aku tau hal ini setelah kami meninggalkan Ecolodge dan diberi tahu oleh salah satu driver mobil travel (maafkan saya jika anda membaca tulisan ini). Setelah beberapa saat, akupun kembali kekamar, membersihkan diri, membaca buku sebentar dan tidur hingga esok hari.
#Day 3 – Mendaki di Gunung Leuser dan Menyusuri Sungai Bahorok
Keesokan harinya, kami semua sarapan jam 7 pagi di restoran Ecolodge. Pagi hari itu cukup cerah dan hangat, “kayaknya bakal panas terik hari ini” kataku dalam hati. Aku, Me dan Bang Vic sarapan di meja yang sama, masing-masing dari kami memilih menu sarapan yang berbeda. Kalau Me dan Bang Vic memilih makanan yang asin-asin seperti nasi goreng dan mie goreng, aku memilih makanan yang agak manis, jadi aku memilih pineapple pancake dengan saus coklat, jus nanas dan buah semangka sebagai menu sarapan pagiku.

Pemandangan pagi hari di Ecolodge benar-benar luar biasa indahnya, mungkin karna kami sampai pada malam hari jadi keindahan itu belum terlihat. Tapi kini semua terlihat jelas, bahkan hotel Ecolodge sendiri bangunannya sangat estetik jika dilihat dari luar, interior bambu dengan hiasan lampu bambu warna-warni dilangit-langitnya yang sangat cantik jika bersinar dimalam hari. Saking terpesonanya aku melihat apa yang ada didepan mataku, akupun lupa untuk mengambil gambar hotel Ecolodge saat itu. Tetapi untungnya, salah satu dari rombongan kami, Bang Alfri mengambil gambar hotel tersebut. Jadi aku meminta izin kepadanya untuk menggunakan foto yang dia ambil, Terimakasih buat Bang Alfriando dari Atourin.
Menu sarapan pagi di Ecolodge benar-benar maknyuss, ini pertama kalinya aku mencoba pancake yang dicampur dengan buah. Selama ini pancake yang biasa kumakan adalah souffle pancake yang teksturnya soft dan tidak dicampur apa-apa. Tapi pancake yang aku makan ini teksturnya seperti kulit kue dadar namun lumer dilidah. Rasa asam dari buah nanasnya serta manisnya bercampur. Setelah selesai sarapan, kami semua berkumpul disatu titik yang mengarah ke hutan Bahorok yang ada dibalik hotel Ecolodge sesuai arahan dari Bang Shan, selaku panitia acara. Kami membentuk dua barisan, barisan pertama ada aku dan beberapa rombongan lainnya berjalan duluan menuju ke hutan dan diikuti oleh barisan selanjutnya.
Kami berjalan mendaki keatas, dipandu oleh seorang pemandu di hutan itu. Menurutku, jalanannya cukup ngeri-ngeri sedap untuk dilewati tapi Alhamdulillah aman-aman aja sih. Ini karna aku pakai sandal jadi agak kurang nyaman aja.
Lanjut cerita, berhentilah kami disatu titik dimana kami bisa melihat Orang Utan yang bergantung dipohon secara langsung. Sang Pemandu memberitahu kepada kami bahwa dihutan itu ada Orang Utan yang masih dijaga kelestariannya. Kami pun penasaran ingin melihat Orang Utan tersebut. Salah satu pemandu lainnya dari jauh terlihat sedang bersama dua Orang Utan. Kami berjalan mendekati lokasi dua Orang Utan tersebut dan tetap memberi jarak beberapa meter agar tetap aman. Satu Orang Utan sedang bergelantungan dipohon dan satunya lagi berada dibawah sedang berjalan mengitari pohon-pohon. Beberapa rombongan lainnya ada yang mengambil foto mereka untuk dokumentasi, aku sendiri juga termasuk tetapi tidak ada satupun foto dengan hasil yang bagus yang kuambil pada saat itu. Karna setiap kali mengambil foto, dua Orang Utan itu selalu mencoba mendekati kami, dan kami diarahkan untuk berjalan mundur kebelakang, sampai begitu seterusnya.
Beberapa saat setelah puas bisa melihat Orang Utan dari dekat, kami pun melanjutkan perjalanan, menyusuri jalan setapak hingga masuk ke sebuah resort yang ada dibukit. Sungguh pemandangan yang luar biasa, suasana alam yang begitu menakjubkan dengan rumah-rumah pondok yang berdiri diatas perbukitan. Tanaman bunga-bunga yang menghiasi serta rerumputan hijau dan pohon-pohon yang membuat udara ditempat itu terasa sejuk walaupun cuaca pada hari itu sangat cerah. Nama tempatnya yaitu Orang Utan Bunga Low & Jungle Resto
Orang Utan Bunga Low & Jungle Resto Pondok Penginapan Orang Utan Bunga Low & Jungle Resto Jungle Resto
Disini terdapat beberapa pondok penginapan yang berbeda-beda dengan harga yang berbeda pula. Selain itu ada juga tempat makan yang bernama Jungle Resto dan tempat-tempat duduk yang berbentuk pondok yang pas buat menikmati angin sepoi-sepoi. Sedikit informasi, disini ada lahan hijau yang cukup luas, dimana teman-teman bisa nge-camp di tempat ini. Untuk biayanya sendiri, jika sewa tenda cukup membayar Rp.150.000/tenda dengan kapasitas 7 orang atau jika membawa tenda sendiri cukup membayar Rp.10.000/orang. Lumayan murah banget kan?!
Sayangnya pada saat itu kami tidak bisa berlama-lama karna kami akan melanjutkan perjalanan kami yaitu mendaki di Gunung Leuser. Yap, dari tempat itu kami meneruskan perjalanan hingga bertemu pintu masuk Gunung Leuser.
Terdapat Gapura di Pintu Masuk Gunung Leuser Sang Pemandu sedang Menjelaskan Tentang Gunung Leuser dan Tata Tertib Mendaki Papan Aturan buat Pengunjung Gunung Leuser.
Setibanya di pintu masuk, Sang Pemandu menjelaskan kami tentang Gunung Leuser dan aturan-aturan apa yang boleh dan tidak boleh kami lakukan selama pendakian. Tidak lama, kami semua menyusuri hutan Gunung Leuser. Pada saat menyusuri tempat itu, aku tiba-tiba teringat bahwa kampung halaman mamaku berada di kaki Gunung Leuser wilayah Aceh. Jadi Gunung Leuser ini merupakan salah satu gunung yang sangat luas, luasnya sampai pada provinsi Aceh. Dan hal ini menjadikan Gunung Leuser sebagai salah satu kawasan perlindungan flora dan fauna terbesar di Asia Tenggara.
Singkat cerita, perjalanan kami sudah berada dibawah hutan yang cukup rindang dan jalanan bebatuan serta licin. Masih ditengah pendakian, kami semua tiba-tiba berhenti dan menemukan Orang Utan lainnya. Kali ini, Orang Utan itu bersama dengan anaknya, bergelantung diatas pohon dan dikerubungi oleh rombongan kami. Wati namanya, dia sangat ramah kepada pengunjung dan bersedia ikut difoto bersama kami. Sang Pemandu mengatakan bahwa kami beruntung bisa melihat Wati dan anaknya karna sebenarnya Wati sangat jarang menampaki dirinya didepan pengunjung. “Selama pandemi, pengunjung tidak ada yang datang dan Orang Utan uda jarang terlihat, tapi kali ini teman-teman benar-benar beruntung,” kata Sang pemandu.

Akupun tidak sempat mengambil foto bersama dengan Wati dan anaknya, tapi tidak masalah pikirku karna aku berhasil mendapatkan foto Wati dan anaknya saja.
Kami melanjutkan lagi perjalanan dan kali ini rute pendakian lebih mengerikan bagiku. Benar-benar tidak ada jalan lurusnya, disini kami harus memanjat batu-batu, melewati batang pohon yang cukup besar serta tanjakan yang tidak terlalu tinggi namun licin. Dalam perjalanan ini, aku mengkhawatirkan para orangtua yang ikut dalam rombongan, walaupun mereka terlihat baik-baik saja. Pendakian ini memakan waktu yang cukup panjang hingga kami semua tiba disatu tempat persinggahan yang bentuknya seperti pondok kecil. Kami semua duduk dan beristirahat disitu.
Hutan Gunung Leuser Pondok Pesinggahan ditengah Hutan Gunung Leuser
Hanya sebentar saja dipondok itu, kami meneruskan perjalanan kami karna sudah mulai dekat dengan tujuan kami yaitu sungai Bahorok.

Tibalah kami di Sungai Bahorok, kami semua mulai kelelahan dan duduk diatas bebatuan didekat tebing dan pinggiran sungai. Disana kami menikmati buah-buahan yang dipotong oleh pemandu kami. Terimakasih atas buah-buahannya.

Sebenarnya waktu kami disini tidak terlalu lama, selain kami cuman duduk-duduk aja, makan buah yang dipotong, dan foto-foto serta bermain air.
Jujur aja sebenarnya pengen berlama-lama disni, tetapi mengingat waktu dan agenda selanjutnya, ya kami terpaksa harus meninggalkan tempat itu segera. Jadi kami semua bersiap-siap menyusuri Arus Sungai Bahorok menggunakan ban. Sangat disayangkan aku tidak bisa mengambil gambar pada momen ini dikarenakan semua kamera kami dikumpulkan dan disimpan dalam satu plastic bag besar, supaya tidak basah ketika menyusuri sungai.
Kami dibagi tiga kelompok dalam rute perjalanan menaiki ban dari awal hingga sampai tempat penginapan Ecolodge. Sepanjang sungai yang kurasakan itu adalah kenikmatan alam hutan Bahorok serta penginapan-penginapan disepanjang tepi sungai. Arusnya tidak terlalu deras, tetapi agar safety kami tetap memakai pelampung. Perjalanan sungai cukup panjang sebenarnya, tapi terasa sebentar. Memang kalau yang nikmat-nikmat ini sementara aja masanya, menyedihkan.
Singkat cerita setelah menempuh pendakian Gunung Leuser yang lumayan panjang dan menyusuri sungai Bahorok, kami semua balik ke penginapan dan menuju kekamar masing-masing. Kami bersiap-siap untuk makan siang, kali ini terasa sekali laparnya (akibat perjalanan yang cukup panjang).
Ya itu tadi cerita perjalanan wisata alam di Bukit Lawang bersama para rombongan, tim panitia dan tim dari Disbudparsumut. Walaupun ini adalah bagian terakhir dari perjalanan wisata Bukit Lawang, tetapi sebenarnya masih ada lagi cerita yang akan kutulis tetapi di next post saja. Karna jika aku tulis disini maka tulisan ini akan sangat panjang sekali, jadi lebih baik ditunggu aja cerita tambahannya di tulisanku selanjutnya, hehe. Kalau begitu, Terimakasih buat semua teman-teman yang sudah membaca ceritaku ini. Jika ada masukan, saran, kritikan, silahkan tulis dikolom komentar saja, aku terima apapun itu bentuknya (hahaha). Baiklah, sekian dan sampai jumpa!
Penulis : BlackRose | Gambar : BlackRose
Instagram : https://www.instagram.com/__blackrose__10/