Aku selalu percaya bahwa setiap perjalanan yang kita lalui selalu ada pembelajaran yang bisa kita ambil. Aku tau bahwa teman-teman pasti sudah sering mendengar kata-kataku tadi. Tapi sebagai kalimat pembukaan buat tulisanku yang baru ini, biarlah aku menuliskan sedikit kata-kata mutiara supaya aku tidak terlalu merasa kebingungan menulis kalimat pembuka karna sebenarnya kesulitan yang paling sering dialami oleh seorang penulis itu adalah menuliskan kalimat pembuka. Tidak mudah, tapi pasti selalu ada ide untuk memulai seperti salah satunya yang aku tulis ini, hehehe. Tapi sebagian teman-teman yang sering membaca tulisanku pasti sudah tau bahwa aku kurang lihai dalam berbasa-basi jadi kupikir mungkin ini sudah cukup. Baiklah kita langsung saja.
Beberapa saat lalu sebelum artikel ini aku tulis, aku sempat ada terpikir untuk menjadi seorang travel blogger. Ntah kenapa rasanya kok asik aja ya nulis sambil jalan-jalan gitu, hehe. Tapi apa daya, itu semua butuh dana, waktu, mental serta niat yang kuat. Nah ini, urusan satu elum selesai nambah urusan lagi, bukan hanya urusan masalah pun bertambah, wkwkwk (kok jadi curhat ya padahal uda cukup tadi basa basinya). Singkat cerita, sebelumnya aku ada menulis beberapa artikel mengenai perjalanan wisata diberbagai lokasi yang ada di Sumatera, yaitu didaerah Tangkahan dan Bukit Lawang. Dan sekarang, aku akan menuliskan lagi tentang hal yang sama yaitu perjalananku mengunjungi wisata Karo dan Toba. Hehe, perasaan tuh kayaknya senang banget karna Allah SWT mungkin benar-benar sayang kepadaku, kali ini aku masih diberikan kesempatan untuk ikut keperjalanan selanjutnya ke daerah Karo dan Toba. Aku tidak tau harus berkata apa, tapi aku disini benar-benar sangat berterimakasih khususnya terhadap Disbudpar Sumut yang masih memberikan saya kesempatan lagi untuk bisa merasakan keindahan dan menikmati keseruan berwisata dilokasi lainnya di Sumatera Utara.
Jadi biarkan aku menulis pengalamanku agar teman-teman yang membacanya bisa ikut merasakan kesenanganku dan berkeinginan untuk berwisata #disumutaja . Sama seperti sebelumnya, dihari pertama pemberangkatan kami berkumpul di Istana Maimun sekitar jam 7 pagi. Pada saat disana, aku melihat sebagian orang sudah berkumpul bersama Bang Shan dan partnernya Bang Vin. Aku pun mendekati mereka dan membaur diri karna untuk perjalanan kali ini, jujur saja tidak ada yang kukenal satupun, terkecuali tim panitia dan tim dan Disbudpar Sumut serta ada Bang Vic dan Bang Raden yang juga ikut rombongan wisata sebelumnya. Agak sedih sih karna perjalanan kali ini sahabatku Me tidak ikut dikarenakan ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Setelah kami semua sudah berkumpul dan sudah masuk kedalam mobil sesuai data absen yang dipegang oleh Bang Shan, kamipun berangkat. Kali ini jalan yang kami lalui adalah dari Padang Bulan menuju arah Sibolangit.
Selama perjalanan, aku merasa sedikit berbeda karna kali ini tidak ada Me, dan aku agak canggung dengan Bang Vic (maklumlah ya kan). Tapi untungnya dalam perjalanan ini ada Bang Af yang menjadi teman perjalanan kami di dalam mobil yang kami naiki. Kami bertiga bercakap-cakap dan kebetulan selain kami didalam mobil, ada juga Kak Mafa yang merupakan seorang fotografer wanita sekaligus istrinya Bang Raden serta ada Indah yang merupakan seorang Influencer yang ikut terlibat dalam perjalanan ini. Bukan hanya itu saja, ada Bu Elly Sari yang merupakan Kepala Seksi Sadar Wisata BPP Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut, serta Bu Dian, seorang Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Bang Asep yang merupakan tim dari Disbudpar Sumut, sama seperti Bang Af. Perjalanan ini terasa berbeda dengan orang-orang yang berbeda. Bu Elly ternyata orang yang sangat ramah dan asik, begitu juga dengan Bu Dian dan Bang Asep. Benar-benar seru abis sampai tidak sadar bahwa kami semua sampai pada didestinasi pertama yaitu Desa Wisata Raya Karo.
#1. Desa Wisata Raya Karo
Masih ingat dulu pas SMA masih sering nonton FTV di S*TV atau R*TI. Jadi kebanyakan FTV pada saat itu mengambil set lokasi ditaman bunga yang ada didaerah puncak gitu. Sempat berpikir bahwa ingin banget bisa datang ketempat beginian dan Alhamdulillah, keinginanku terkabulkan. Tempat ini persis sekali seperti yang ada di FTV-FTV cinta-cintaan itu (wkwkwkkw). Disini hawanya dingin dan bunga-bunganya tampak segar. Disini, bukan hanya aku saja yang merasa kesenangan tapi yang lainnya juga. Kami semua pun berjalan menuju sebuah kafe yang berdiri ditengah bukit dan taman bunga itu. Ternyata disana sudah ada orang yang menunggu kedatangan kami, bisa dibilang beliau merupakan pengurus tempat tersebut (maaf, koreksi saya jika salah). Nama tempat kafe itu adalah Bumdes Cafe. Didalamnya ada beberapa tempat duduk yang pas dijadikan tempat nyantai dan karna dinding kafe itu blong alias tidak ada dinding sama sekali atau bisa dibilang dindingnya hanya setengah saja, setengahnya lagi kita bisa melihat pemandangan cantik diluar. View disekitar tempat itu sangat indah cocok buat foto, dan aku banyak sekali mengambil beberapa spot foto yang bisa teman-teman lihat dibawah.
Terdapat Masjid didalam Desa Wisata Jembatan Kecil Menuju Bumdes Cafe Taman Bunga yang Terletak di Depan Bumdes Cafe Tempat Duduk di Dekat Bumdes Cafe yang Mengarah ke Pemandangan Luar Menara didalam Desa Wisata Ada Papan Peringatan buat Para Pengunjung Tempat Duduk untuk Melihat Pemandangan Desa Wisata Lahan Hijau serta Kincir Angin di Desa Wisata
Karna kafe ini berdiri ditengah bukit yang tinggi, jadi kita bisa melihat semua yang ada di desa ini, mulai dari taman, rumah penduduk, sawah, tempat ibadah, serta jembatan kecil yang merupakan jalur sebelum menuju ke kafe ini. Balik lagi ke orang yang sudah menunggu kedatangan kami, disana kami berkumpul dan mendengarkan penjelasan beliau tentang pariwisata di Desa Wisata ini. Beliau berharap untuk Desa Wisata senidiri bisa menjadi tempat wisata untuk semua orang. Beberapa dari kami ada yang mewawancarai beliau dan setelah selesainya pertemuan kami segera balik ke mobil dan melanjutnya perjalanan kami yang selanjutnya, yaitu kunjungan ke Desa Wisata Pelangi Siosar.
Bumdes Cafe Ruangan Dalam Bar Kami Berkumpul dan Mendengarkan Beliau Menjelaskan Tentang Desa Wisata Menu
#2. Desa Wisata Pelangi Siosar
Setelah kami puas mengunjungi Desa Wisata Raya Karo, perjalanan kami selanjutnya menuju Desa Wisata Pelangi Siosar. Sayangnya aku tidak mengenakan jaket atau baju tebal apapun, hanya menggunakan kaos saja. Karna hawa pada saat itu dingin sekali, jadi dinginnya sampai nusuk-nusuk ketulang gitu (tapi masih bisa ditahanlah). Aku sibuk menikmati pemandangan diluar jendela.Bagiku, melihat langit dari luar jendela membuat perasaan tenang dalam mobil, jadi tidak ada timbul rasa pusing, meriang bahkan mau muntah, TIDAK ADA. Ditambah lagi ada Bang Af yang duduk disampingku pada saat itu, jadinya kami bisa mengobrol banyak hal. (Pada saat itu, Me tidak ikut dalam perjalanan kali ini, jadi yah agak ada rasa sedikit kesepianlah). Hingga pada akhirnya telah sampailah kami di Siosar. Ini baru pertama kalinya buatku datang ke tempat yangkatanya dijuluki ‘Desa Berkabut’ ini.. Pada saat disana kabut sudah mulai muncul namun tidak sampai menutupi jalan. Aku melihat ada rumah-rumah penduduk dan tempat-tempat fasilitas serta pelayanan umum seperti masjid, gereja, toko-toko, dan lainnya. Aku pernah melihat postingan Instagram temanku beberapa saat lalu ketika dia jalan-jalan ke Siosar bersama temannya. Dia mengunjungi suatu perumahan yang tersusun sangat cantik, rumah panggung dengan desain bambu yang ternyata merupakan penginapan. Sayangnya kami tidak kesana, melainkan ke tempat yang lain, tempat yang akan dijadikan panggung pertunjukan buat pengunjung yang datang ke Siosar. Sampai disana rombongan kami disambut hangat oleh kepala desa dan pengurus setempat.
SAMSUNG CAMERA PICTURES
“Jadi, sejarah desa siosar ini, penduduknya itu adalah perpindahan dari sinabung. Filosofi pelangi ini merupakan perjuangan menuju keindahan, perjuangan penduduk sinabung menghadapi percobaan seperti bencana, dan perjalanan yang tertatih-tatih,” jelas Bapak Rocky Mariano Tarigan yang merupakan seorang pendeta setempat sekaligus salah satu pengurus Desa Wisata Pelangi Siosar. Setelah selesai memberikan penjelasan kepada kami, Masuklah pertunjukan tari yang dinamakan tari mejuah-juah yang merupakan tari penyambutan untuk para wisatawan yang datang ke Siosar. Para penari masih anak gadis belia yang cantik-cantik serta pemain musik yang terdiri dari anak laki-laki remaja ada juga yang masih bocah. Selain itu ada penyanyi wanita yang masih remaja, menyanyikan lagu tradisional untuk pengiring tarian tersebut.
Pemain Musik yang Masih Remaja dan Bocah Para Penari Tradisional Tari Mejuah-juah
Beberapa saat kemudian, selesailah pertunjukan tari tersebut. Kami semua memberikan applause yang sangat meriah buat pertunjukan tersebut, mereka menari dengan sangat bagus. Bapak Rocky pun kembali naik keatas panggung. “Target kami untuk Desa Siosar kedepannya, kami ingin menampilkan atraksi pertunjukan seni buat para pengunjung yang datang ke Siosar, karna itu kami akan melakukan pembuatan panggung untuk pertunjukan seni tersebut, dan didepan sini kalian bisa liat taman-taman bunga yang ada dibelakang kalian, disitu (sambil menunjukkan arah ke taman yang ada dibelakang kami) kami akan membuat taman pelangi,” kata Beliau, lanjut, “dan untuk di Bulan 12 nanti kami akan menyediakan fasilitas berkuda serta kami pun akan menyediakan wisata toleransi beragama,” tambahnya. “Dan di Siosar nantinya akan dibuatkan toko-toko baju, toko souvenir, kedai kopi, dan lainnya.” Beliau juga mengatakan bahwa di dekat sini ada Gunung Sibuatan, yang terdapat hutan lumut terlebat didunia. “Kami harap kedepannya, buat para pengunjung yang datang ke Desa Siosar untuk membawa bunga, sebagai pertanda bentuk kecintaan terhadap siosar.”
#3. Desa Silalahi – Kampung Ulos
Bapak Kadis Dairi dan Bu Elly Sari Pemain Musik Tradisional Dairi
Setelah beberapa waktu melewati lika-liku perbukitan yang ada didekat Danau Toba, akhirnya sampailah kami di Debang Resort. Disana kami disambut oleh Kadis Dairi, serta sambil diiringi musik tradisional setempat. Pemain musiknya juga sama seperti sebelumnya, masih laki-laki remaja. Mereka bermain diatas sebuah panggung kecil atau lebih tepatnya aku biasa sebut ‘cakruk’. Bapak Kadis memberikan penjelasan kepada kami mengenai wisata yang ada didaerah setempat, Debang Resort serta Desa Silalahi atau yang dikenal sebagai Kampung Ulos yang akan kami datangi ini. Kemudian tak lama, kami semua pun melanjutkan perjalanan menuju Desa Silalahi yang tidak terlalu jauh dari Debang Resort. Seperti yang dibilang oleh Bapak Kadis bahwa Desa Silalahi juga dikenal sebagai Kampung Ulos, disana kami berjalan menelusuri desa dan menemukan satu penenun yang sedang membuat kain ulos, penenun tersebut merupakan seorang wanita yang sudah cukup tua. Duduk dihalaman rumahnya sambil membuat kain ulos. Disitu kami berjumpa lagi dengan Bapak Kadis yang kami temui sebelumnya. Beliau menjelaskan bahwa pengerjaan untuk1 ulos membutuhkan waktu 1 minggu, karna pengerjaannya yang masih menggunakan cara tradisional, guna mempertahankan kualitas ulos tersebut dan pengerjaannya setiap hari. “Untuk kain ulos sendiri panjangnya ada sekitar 2 meter dan lebarnya hampir 1 meter atau 80 cm. Pewarnaan Kain Ulos kami menggunakan dengan bahan alami. Disini yang biasanya yang melakukan pengerjaan itu orang tua dan anak-anak muda. Bahan-bahan kami impor dari medan, rata-rata untuk keperluan adat, tapi sekarang ini dibuat bisa untuk menjadi souvenir, seperti tas, dompet, dan baju.” Beliau menjelaskan begitu lengkap kepada kami.
Penenun Kain Ulos Alat Pembuat Benang untuk Kain Ulos Nenek Badas
Kami berjalan mendekati salah satu rumah penduduk yang tidak jauh dari tempat penenun tersebut. Ada seorang ibu yang menggendong anak bayi serta seorang nenek duduk diteras rumahnya. Para rombongan kami sangat antusias mengambil foto nenek tersebut. Kalau secara pribadi aku menamainya dengan ‘Nenek Badas’ karna nenek it cukup narsis untuk difoto. Disamping itu, sebenarnya ada hal yang lebih menarik perhatianku yaitu sebuah alat yang terletak diteras rumah itu, aku pun menanyakan alat apa itu kepada wanita yang menggendong anak bayi. “Oh itu alat pembuat benang untuk kain ulos”, kata wanita tersebut. Hoo, pikirku dalam hati, keren sekali. Setelah kami puas bercakap-cakap dan mengambil foto nenek tersebut, kami pun berjalan menuju sebuah jembatan yang didekat situ. Ternyata jembatan tersebut adalah pembatas antara silalahi 1 dan silalahi 3. Jadi sebenarnya desa yang kami berdiri sekarang ini adalah Desa Silalahi 3 Kecamatan Silalahi Gabungan.
Jembatan yang Menghubungkan Silalahi 1 dan Silalahi 3 Dibawah Jembatan Terdapat Sungai dengan Air yang Sangat Jernih
Dibawaj jembatan tersebut terdapat sungai kecil yang airnya cukup jernih, disana ada anak-anak kecil yang sednang mandi. Airnya terlihat segar dan rasanya aku ingin ikut mandi bersama mereka. Kami pun melanjutkan perjalanan kami dan masuklah kami ke Silalahi 1. Kami berjalan melewati tikungan, dan aku sempat terhenti karna melihat ada satu pemakaman yang berdiri diatas pemukiman. Karna menarik perhatianku, aku pun memutuskan untuk mengambil gambarnya.
Sebuah Pemakaman yang Menarik Perhatianku
Bapak Kadis mengiringi perjalanan kami di desa itu sambil mejelaskan tentang Desa Silalahi itu kepada kami, hingga sampai pada sebuah pemakaman yang dimana ditengah pemakaman tersebut terdapat dua batu yang dinamakan Batu Sijonjong dan Batu Sigadab. “Jadi ada dua batu disini, jadi sejarahnya batu ini dulunya digunakan masyarakat setempat sebagai batu peradilan,” jelas Bapak Kadis tersebut kepada kami. Batu Sijonjong itu artinya batu yang berdiri, yang artinya kejujuran atau mengatakan yang benar, sebaliknya Batu Sigadab atau batu yang terjerembab, berarti kebohongan atau menyatakan yang salah. Begitulah kira-kira sejarah Batu Peradilan ini.
Batu Peradilan yang Terletak di Tengah Pemakaman, Batu Sijonjong dan Batu Sigadab Bapak Kadis Menjelaskan Sejarah Dua Batu Peradilan Tersebut
Setelah selesai dengan penelusuran kami, kami pu kembali kami ke Debang Resort. Tapi sebelum kesana, aku sempat mengambil beberapa foto suasana yang ada di Kampung Ulos tersebut, teman-teman bisa lihat dibawah ini.
Baiklah, kira-kira sampai disini dulu cerita pengalamanku tentang perjalanan Wisata Karo dan Toba ini, Semoga bisa menjadi informasi yang bermanfaat dan menghibur buat semua teman-temana yang membaca. Dan mungkin bisa menjadi referensi buat yang sedang ingin mencari lokasi berwisata di Sumatera Utara. Sebelum aku mengakhiri tulisanku, aku ingin mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah ikut dalam perjalanan kali ini. da Bu Elly Sari, Bu Dian, Bang Asep, Bang Afdal, Bang Vicky, Ko Shandy, Ko Vincent, Abang dan Kaka dari Genpi Sumut, Pasangan romantis kita Kak Mafa dan Bang Raden, serta lainnya yang ikut dalam perjalanan ini. Aku benar-benar bersyukur bisa bertemu dengan semuanya, memiliki cerita dan pengalaman yang tidak akan aku lupakan. Semoga dari sini tali silahturahmi kita tetap terjalin dan semoga kita bisa bertemu lagi untuk masa yang akan datang. Dan mohon maaf jika ada kesalahan kata dan tulisanku kali ini, teman-teman semua bebas memberi masukan dan kritik buatku, hehe. Baiklah, sekian dan terimakasih!
Penulis : BlackRose | Gambar : BlackRose
Instagram : https://www.instagram.com/__blackrose__10/