
“If you live according to what other think, you will never be rich.”
– Seneca (Letters)
- Makna Stoisisme atau Filosofi Teras
Stoisisme atau Filosofi teras adalah filsafat Yunani-Romawi kuno yang bisa membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental tangguh dalam menghadapi naik turunnya kehidupan. Filsafat ini tidak seperti filsafat lainnya, yang kajiannya ribet dan ruwet, ditambah lagi bukanlah ajaran agama atau kepercayaan, melainkan filsafat Stoa seperti sebuah jalan hidup agar lebih tenang dan bahagia.
- Tentang Buku Filosofi Teras
Buku ini ditulis oleh penulis yang bernama Henry Manampiring. Beliau juga merupakan penulis buku best seller The Alpha Girl’s Guide. Diterbitkan oleh Penerbit Kompas, beliau membagikan pemahaman akan stoisisme dan pengalaman mempraktikkannya di kehidupan sehari-hari, dalam bahasa yang ringan, jenaka dan disertai ilustrasi oleh Levina Lesmana. Buku ini paling banyak direkomendasi oleh banyak orang. Buku yang sekarang ini aku miliki merupakan cetakan ke-25, gak heran mengapa buku ini menjadi buku Mega Best Seller.
- Alasan Penulis Menulis Buku Ini
Penulis buku ini, Henry Manampiring, mendapatkan vonis menderita Major Depressive Disorder oleh seorang psikiater yang ditemuinya. Beliau mengakui bahwa sering mengalami kemurungan yang tidak bisa dijelaskan dan selalu diganggu oleh pikiran-pikiran negatif yang tidak bisa dibendung, sedih dan negative thinking.
Beliau pun harus menjalani terapi dan pengobatan. Selama masa pengobatannya, beliau merasa bahwa obat-obatan yang dia dapatkan terbukti efektif, dan membuat moodnya jauh lebih membaik. Hal ini juga dirasakan oleh keluarga dan orang-orang sekitar. Sejak saat itu beliau menyadari bahwa gangguan kesehatan mental juga dipengaruhi oleh gangguan kimia di otak. Beliau pun mengapresiasi hal tersebut.
Namun sayangnya selama perjalan terapi, beliau tidak sabar untuk lepas dari pengobatan, karena tidak ingin terus-terusan mengonsumsi obat-obatan. Hingga pada saat masa pengobatan, beliau menemukan Filosofi Teras atau Stoisisme yang sudah dijelaskan tadi di awal artikel.
Awalnya beliau menemukan buku How To Be a Stoic karya Massimo Pigliucci di sebuah toko buku yang ia iseng datangi. Filosofi Teras sangat membantu beliau merasa lebih tenang, damai, tidak mudah stress dan marah-marah. Efeknya begitu positif, menurutnya ini merupakan terapi obat yang bisa dipraktikkan seumur hidup.
Untuk itu, beliau menulis buku ini untuk berbagi pengalaman menemukan Filosofi Teras yang sangat membantunya memperoleh hidup yang lebih tenang. Dan berharap buku ini juga bisa membantu para pembaca yang sedang dilanda kecemasan dan kekhawatiran.

- Kelebihan dan kekurangan Buku Ini
Menurutku kelebihan buku ini sangat banyak. Yang pertama, walaupun buku ini sangat tebal, tapi bahasa yang disampaikan sangatlah ringan buat dibaca. Mskipun yang dibahas adalah tentang filsafat, namun tidak seperti buku filsafat lainnya yang begitu ‘berat’ buat dibaca. Aku rasa anak muda zaman sekarang wajib untuk membaca buku ini.
Selain itu, bukan hanya soal teori saja, disini juga dijelaskan cara menerapkan stoisisme ke dalam kehidupan sehari-hari kita. Banyak yang aku dapat didalam buku ini, sangat menambah wawasan pastinya. Jujur, aku termasuk overthinker, tapi setelah membaca buku ini, aku justru malah menertawakan diriku.
Ilustrasi gambarnya cukup bagus, pokoknya buku ini benar-benar didesain semenarik mungkin buat pembacanya agar tidak bosan dan tetap menikmati membaca buku ini. Bukan hanya tentang diri si penulis, tapi ada juga beberapa tokoh yang diwawancara beliau, yang berhasil menerapkan stoisisme kedalam hidupnya yang notabene bisa kita ambil pelajarannya.
Untuk kekurangannya.., hmmm, apa ya, bingung juga, karna aku memang suka baca buku-buku yang beginian. Dan apalagi yang dibahas relate banget, jadi yahhh aku belum menemukan apa yang kurang dari buku ini.
- Poin-poin Penting di dalam Buku Filosofi Teras
Ada beberapa poin yang kuambil dari buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring. Berikut beberapa poin dibawah ini :
1. Kunci kebahagiaan bagi Stoa adalah manakala kita terhindarkan dari nafsu-nafsu gak jelas, kecanduan atau addicted pada sesuatu, angkara murka, kehilangan kendali, dendam kesumat, kecemasan yang obsesif, rasa kesal yang berlebih-lebihan yang bisa dirangkum dalam empat jenis emosi negatif: iri hati, takut, rasa sesal atau pahit, dan rasa senang nikmat.
2. Frankl menyimpulkan bahwa di dalam situasi yang paling menyakitkan dan tidak manusiawi, hidup masih bisa memiliki makna, dan karenanya, penderitaan pun dapat bermakna. Kita tidak bisa memilih situasi hidup setiap saat, tetapi kita selalu bisa menentukan sikap (attitude) kita atas situasi yang sedang dialami.
3. “Bukan hal-hal atau peristiwa tertentu yang meresahkan kita, tetapi pertimbangan/pikiran/persepsi akan hal-hal dan peristiwa tersebut.” – Epictetus (Enchiridion)
4. “Jangan menuntut peristiwa terjadi sesuai keinginanmu, tetapi justru inginkan agar hidup terjadi seperti apa adanya, dan langkah (hidupmu) akan baik adanya.” – Epictetus (Discourses)
5. Sebuah penghinaan sesungguhnya tidak efektif sampai objeknya merasa bahwa ia disakiti secara subjektif. Saat ini terjadi, maka penghinaan itu ‘sukses’. Namun, jika sang objek tidak merasa terhina, hinaan itu sesungguhnya gagal total. Menghina ada dibawah kendali orang lain, merasa terhina ada dibawah kendali kita.
6. Menyangkut orang ‘jahat’, Epictetus berkata, “Mengapa kamu justru tidak mengasihaninya? Sama seperti kita merasa iba kepada mereka yang buta atau pincang, maka kita juga harus merasa iba kepada mereka yang nalarnya ‘buta dan picang’.” (Disourses).
7. Tidak ada hal yang baik atau buruk, pikiran kitalah yang menjadikannya ‘baik’ atau ‘buruk’.
8. “Hidup ini panjang jika kita tahu bagaimana menggunakannya. Kita tidak diberikan hidup yang pendek, tetapi kitalah yang menjadikannya pendek, dan terbuang untuk hal-hal sia-sia.” – Seneca
- Mengapa Harus Baca Buku Ini
Pendapatku pribadi, buku ini sangat relate dengan apa yang kita rasakan sekarang. Apalagi sejak Covid 19 melanda dunia, rasa stress, cemas dan depresi semakin meningkat akibat efek pandemi ini. Aku bisa mengungkapkan hal ini karna aku ikut merasakan efeknya, mulai dari di PHK tempatku bekerja, hingga aku tidak lagi mendapatkan sumber penghasilan. Ditambah aku yang tiap hari dirumah, setiap saat harus bertatap muka dengan keluarga, yang bukannya membuatku semakin baik, tetapi stress karna berantam melulu.
Kurangnya interaksi sosial juga mempengaruhi kesehatan mental. Aku termasuk anak yang introvert, tapi ada kalanya aku butuh teman buat bercerita dan pada saat pandemi, justru hal itu menghambat keinginanku. Dan ditambah dengan masalah-masalah lain. Jadi saat aku baca buku ini, sumpah beneran ini benar-benar aku banget, pikirku.
Aku yakin, didunia ini bukan hanya aku saja yang mengalami hal seperti ini, tapi banyak dari teman-teman semua sedang atau pernah mengalaminya, untuk itu aku sangat merekomendaskan teman-teman untuk membaca buku ini.
Sosial media juga berpengaruh sekali pada kesehatan mental. Sosial media dapat membuat seseorang merasa insecure karna setiap orang berlomba-lomba memperlihatkan atau memamerkan ‘hal baik’ seperti pencapaian di sosial media. Buat orang yang bijak menggunakan sosial media, mungkin hal ini bisa menjadi acuan atau motivasi positif untuk lebih baik, tetapi jika tidak maka dia akan membandingkan dirinya kepada orang lain, yang mana tentu saja ini tidak baik buat dirinya, karena bisa berujung depresi.
- Dimana Buku Ini Bisa Dibeli ?
Buku ini bisa dibeli ditoko buku mana aja, mulai dari toko buku fisik seperti Gramedia atau bisa beli secara online di marketplace atau e-commerce. Kalau aku beli buku ini secara online di Shopee. Buat kamu yang ingin membeli secara online, taruh linknya dibawah ini ya.
Beli Buku Filosofi Teras disini
Baiklah, hanya ini aja informasi yang bisa aku sampaikan mengenai buku ini. Mungkin terlihat seperti spoiler, tapi sebenarnya ini hanya garis besarnya aja. Sudah pasti jika kamu ingin tau lebih banyak lagi mengenai buku Filosofi Teras, kamu bisa pesan buku nya di link yang aku bagikan disini.
Lebih kurangnya jika ada salah kata, aku mohon maaf sebesar-besarnya. Sekian dan terimakasih !
Penulis : Farina Tjahaja a.k.a BlackRose